Tribute Blog...Peduli Kemiskinan

↑ Grab this Headline Animator

23 May 2009

Resensi dari negeri jiran

Demi cinta, Tegar Patih berkelana mencari nilai kemanusiaan.
oleh : Web Sutera 


Sinopsis novel ini bermula begini: “Cinta tidak pernah menjadi rumus matematik. Apa pun rumusnya, di sela-selanya selalu ada misteri dan ruang hampa.”

Penulis saudara Alfian Malik dengan bersahaja meminjam sebuah latar etnik yang mirip satu selimut perca dengan ribuan sambungan yang saling memintal dan menjerat. Potongan imaginasi difiksyenkan, terangkai dalam untaian kata dan teka-teki, membuat benak saya mengelamun jauh, amat jauh.

Narasi penulis mengalir lancar ibarat “kakek yang fasih mendongeng.” Ianya seumpama sebuah kelana yang penuh sejuta pesona. Penulis mencari peradaban manusia, cuba mengubah persepsi kemanusiaan, dan terjalin bersamanya hubung kait dengan makhluk lain yang menghuni buana ini.

Saya kategorikan novel Lumpur Similiar – Misteri Perangkap Cinta ini sebagai fantasi sains-fiksyen. Pelbagai kekuatan magik dan kejadian tidak masuk akal dijalin dan dinarasi tuntas menjadi latar peristiwa manusia mencari nilai-nilai kemanusiaan sejagat.

Betapa kejahatan, penguasaan ilmu mistik dan kekuatan magik yang disalahguna, kebejatan masyarakat mengejar kemasyuran dan onar penguasa haloba dikutuk habis-habisan oleh penulis. Dan akhirnya penulis membawa satu rumus atau penyelesaian sains dan teknologi yang bermatlamatkan kesejahteraan manusia dan penghuni lain di jagat raya ini.

Saya menelurusi jalan dan denai di suatu daerah terpencil yang penuh ilmu santet (kedukunan dan sihir). Manusia-manusia hebat dan sakti menerawang di segenap penjuru Lumpur Similiar. Namun akhirnya dengan penuh bijaksana, semua itu tertunduk dengan pimpinan seorang manusia yang mencari kebenaran sejagat; Tegar Patih. Tegar Patih, manusia istimewa anugerah Allah, menjalani kehidupan penuh ranjau. Ternyata bahawa faktor cinta menjadikan dia manusia istimewa – cinta kepada ilmu sakti, cinta kepada orang tua, alim ulamak dan cintakan kepada kebenaran serta keamaman bagi seluruh umat manusia.

Hubungan sesama manusia, jin (orang Bunian?) dan penghuni lain di persada maya ini dipintal menjadi sebuah cerita. Apa bentuk ‘manusia baru’ yang bakal menghuni muka bumi di abad-abad mendatang? Baca novel Lumpur Similiar – Misteri Perangkap Cinta, anda akan dapat menemui jawapannya.

Jika dikira dari sudut persembahan, novel ini memiliki satu kelemahan, iaitu narasi yang mengalir bagaikan air deras itu tidak bernoktah. Sambung menyambung tanpa bab-bab tertentu.

Namun, narasi dan imaginasi Alfian Mailik penuh mistik dan istimewa! Ada kelainan berbanding novel seumpama ini di Malaysia.

Baca selengkapnya......

08 November 2008

Pernikahan Dini Vs. Perzinahan Dini

Ketika Pujiono Cahyo Widianto, sang miliyuner, yang akrab disapa Syekh Puji menikah (lagi), tiba-tiba pernikahan itu menjadi sangat sensasional dan menimbulkan kontoversi. Banyak kalangan merasa antipati dengan manuver perkawinan pemilik ponpes Miftakhul Jannah itu, hanya karena sang syekh memilih gadis belia berusia menjelang 12 tahun. Salahkah perbuatan syekh Puji? Dari sinilah kontroversi itu bermula. Kita begitu banyak mendengar dan menyaksikan orang-orang berkomentar miring terhadap perkawinan dini, dengan alasan anak-anak yang melakukan perkawinan dini akan kehilangan masa indahnya sebagai anak-anak.

Tahukan kita bahwa begitu banyak anak-anak yang terlibat zina dini? Anak-anak ini bukan saja hanya kehilangan indahnya masa anak-anak, tetapi bahkan telah kehilangan keindahan di sepanjang hidupnya. Begitu banyak anak-anak, terutama kalangan marjinal, tidak pernah merasakan indahnya masa anak-anak itu, meskipun mereka tinggal bersama orang tua sendiri. Bahkan tidak jarang, perlakuan buruk, bejat dan tanpa peri kemanusiaan itu justeru datang dari orang-orang yang seharusnya memberikan keindahan masa anak-anak itu.

Banyak kalangan menilai bahwa perkawinan (lagi) syekh Puji didasari oleh hawa nafsunya (syahwat), sehingga sang syekh dihujat. Tapi adakah perkawinan di dunia ini yang tidak melibatkan hawa nafsu?. Ternyata syekh Puji memiliki kecerdasan nafsu yang sangat cemerlang. Nafsunya ternyata tidak tertarik kepada kecantikan dan keindahan penampilan fisik semata. Ia tidak mengumbar nafsunya kepada para selebriti, misalnya para artis yang cuantik dan sueksi ‘bok…. (sorry ya seleb!!!). Ia tidak tertarik untuk memperisteri perempuan-perempuan cantik yang memiliki rekam jejak masa lalu yang aneh-aneh. Padahal dengan segala nikmat duniawi yang dimilikinya beliau dengan mudah dapat melakukannya.

Sykeh Puji juga tidak mengumbar nafsunya kepada para pekerja sek anak-anak (katanya bahkan ada yang berumur antara tujuh sampai sepuluh tahun). Padahal kalau ia mau, itu juga dengan sangat mudah ia dapatkan. Tapi itulah syekh Puji, yang kemudian memilih seorang gadis yang sangat jelas identitas jasmani dan rohaninya.

Jodoh manusia memang sudah ditentukan oleh Sang Pencipta. Akan tetapi, jika tanpa usaha, maka jodoh itu tidak akan pernah ditemukan. Sykeh Puji agaknya yakin benar bahwa Lutfiana Ulfa adalah bahagian dari ketentuan Sang Pencipta itu. Ia berusaha (mencari) lalu menemukan jodohnya itu. Ia mengangkat derajatnya, membimbingnya, melindunginya, mendidiknya, memperisterikannya, menjadikannya wanita muslimah yang terhormat, tidak membiarkannya terjerumus kedalam perbuatan zina dini, memberinya nafkah lahiriah yang berlimpah. Bukankah itu semua adalah tujuan hidup seorang wanita. Jika saja gadis belia Lutfiana Ulfa menemukan itu semua dalam usia dini, apakah itu harus diingkari?

Saya bukanlah pembela perilaku Pujiono Cahyo Widianto, saya tidak pernah mengenal beliau baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan Insya Allah saya juga tidak berniat dan tidak berminat mengikuti jejak langkahnya. Saya hanya pemerhati masalah sosial, terutama masalah kemiskinan. Cobalah telusuri lebih jauh, kebanyakan anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah sekarang ini hanya bicara tiga hal; seksual, obat-obatan, dan hura-hura, menyedihkan.

Di jalanan sana banyak anak-anak (gadis) sebaya Lutfiana Ulfa, bahkan mungkin jauh lebih belia, yang bernasib buruk. Mereka-mereka itu tidak dinikahi dini, tetapi dizinahi sejak dini. Seandainya saja ada banyak orang seperti syekh Puji dan mau menyelamatkan mereka, meskipun harus melakukan pernikahan dini, akankah kak Seto Cs, para ulama, aparat penegak hukum, dan para moralis lainnya akan melarangnya? Lantas membiarkan mereka melakukan zinah dini?

Baca selengkapnya......

19 October 2008

Let's Save Our Nation, Start From Your Self...!

Saya menerima e-mail dari Sdr. Andi Juswantoro, yang berisi pesan moral yang sangat menggugah nurani. Kita menyadari bahwa kita dan bangsa-bangsa di dunia sedang dilanda krisis ekonomi global. Kita pernah merasakan betapa krisis ekonomi telah membuat bangsa kita sakit, bahkan hingga kini belum begitu sehat. Jika kita tak kuasa untuk merubah melalui tindakan-tindakan ekonomi, cukuplah kita berpartisipasi untuk tidak memperburuk kondisi ini. Untuk itu saya postingkan pesan moral ini agar bisa disebar luaskan oleh siapa saja yang berkunjung ke blog ini.

LET' S SAVE OUR NATION, START FROM YOUR SELF!!!!
Ada langkah lain yang perlu kita lakukan untuk menyelamatkan bangsa kita :

  • yang mempunyai deposito bertahanlah dengan deposito anda. Jangan ambil uang anda dari bank. Jika anda ikut ikutan mencairkan dana anda maka akan terjadi bank rush, dan krisis keuangan akan semakin parah.
  • yang memiliki saham dan turunannya, jangan menjual saham dan derivasinya. Jika anda ikut ikutan menjual saham dan turunannya, makaharga saham akan semakin ambruk, dan krisis akan sungguh terjadi semakin parah
  • jangan ikut ikutan memborong dolar. Jika anda ikut ikutan memborong dolar, maka harga dolar akan semakin tinggi dan rupiah semakin terpuruk. Harga barang impor akan semakin mahal, dan inflasi dalam negeri akan semakin menggila.
  • jangan panik. Jika anda tidak panik, maka krisis akan cepat berlalu. Perekonomian akan cepat pulih. Harga saham akan cepat rebound. Dolar akan cepat menyesuaikan diri pada kurs yang rasional. Cadangan devisa kita cukup kuat. Jika anda panik dan ikut ikutan menarik deposito, menjual saham dan memborong dolar, maka anda ikut memberikan kontribusi pada semakin dalamnya krisis di Indonesia . Tetapi tentu ini merupakan pilihan bebas. Tidak ada yang dapat melarang anda. Hati nurani yang bicara. Pilihan yang sulit bagi yang berduit tetapi silahkan memilih.

Krisis keuangan global kian menebar ancaman menjadi krisis ekonomi global yang tidak main-main, bursa saham guncang dan nilai tukar Rupiah semakin melemah, ini semua menjadi indicator bahwa akan ada bencana baru yang siap menerkam.

Para kaum Kapitalis yang ingin meraup keuntungan dengan cara cepat dan menjadi SERAKAH akhirnya menjadi sumber dari segala krisis yang kita belum tau kapan akan berakhir.

Pertanyaannya adalah apa yang bisa kita lakukan untuk ikut membantu agar krisis ini tidak menghancurkan sendi-sendi perekonomian Bangsa ini?

Tentu kita tidak ingin ini menjadi periode 10 Tahunan (1998 -2008), mimpi kelam krisis ekonomi 10 tahun lewat tentu tidak ingin kita munculkan kembali, tapi jika Anda tidak peduli maka bisa saja hal ini akan terjadi!!!!
Dan jika itu terjadi maka Bangsa ini akan semakin terpuruk, akan muncul PHK besar-besaran, sector riil yang tidak bergerak, system perbankan yang sudah tidak dipercaya lagi dan akhirnya kita kembali ke NOL lagi.

Jika Anda masih mencintai Bangsa ini maka ada banyak hal yang bisa Anda lakukan, paling tidak MULAILAH DARI DIRI ANDA SENDIRI..!! , contoh kecil sbb :
Jika Anda seorang awam sebagaimana saya, maka yang bisa kita lakukan adalah :

Gunakanlah PRODUKSI DALAM NEGERI dalam semua aktivitas hidupmu, dengan langkah ini akan menyelamtkan Sektor Riil, usaha-usaha kecil akan berkembang, dan akhirnya kita bisa berdiri tegak dan mengatakan KITA BISA HIDUP DARI NEGERI KITA SENDIRI.
Langkah kecil lain jangan sok mengkonsumsi produk makanan luar negeri, jika anda senang makan Durian tidak perlu durian Bangkok Thailand cukup durian local toh tidak kalah rasanya, jika senang makan Jagung? Tidak perlulah Jagung Thailand cukup jagung local, tidak perlu makan-makan di outlet2 dengan brand luar negeri, toh ayam kampung kita tidak kalah nikmatnya, hal kecil ini kadang tidak kita sadari tapi ketahuilah EFEK nya sangat luarbiasa, anda bisa bayangkan jika semua anak bangsa ini berfikiran sama, jika anda konversikan dengan modal yang beputar maka Anda akan kaget dan heran akan IMPACT yang sangat luar biasa, yakin dan percayalah dengan cara kecil ini Krisis ini tidak akan terjadi DISINI di BUMI INDONESIA.

Gunakan angkutan Massal jika itu anda bisa lakukan, itu akan membantu untuk mengurangi konsumsi energi yang luar biasa yang sebetulnya tidak perlu, disamping mengurangi polusi, jangan lupa disamping krisis keuangan yang berpotensi menjadi krisis Ekonomi kita juga dihadapkan dengan krisis Energy..!! kenyamanan mungkin belum kita pikirkan sekarang, percayalah bahwa aroma sesaknya penumpang di Angkot dan bus-bus itu masih menimbulkan secercah harapan bahwa sector riil kita masih bergerak.

Berbelanjalah di pasar-pasar tradisional, berdayakan warung-warung kaki lima , percaya atau tidak Ekonomi Kerakyatan terbukti mampu menyelamatkan perekonomian kita.

Jika Anda seorang pelaku bisnis maka tolong jangan hanya memikirkan untuk meraup keuntungan pribadi semata-mata hanya dengan memikirkan Import barang-barang murah yang hanya akan menghancurkan produk dalam negeri, jangan lari dari tanggung jawab dengan membawa lari modal ke luar negeri, ingat menjaga, mengusahakan agar Capital Inflow akan lebih bijkasana dan akan sangat membantu Negeri ini, jangan biarkan capital outflow terjadi itu sama dengan menghancurkan perekonomian Rakyat LET' S SAVE OUR NATION, START FROM YOUR SELF!!!!

Lakukan hal sederhana ini maka Anda akan lihat akibat penyelamatan yang luar biasa.

Dengan meneruskan pesan ini ke relasi dan sahabat Anda, berarti Anda sudah ikut mengingatkan Saudara Sebangsa Kita untuk Ikut PEDULI menyelamatkan Bangsa ini.

Baca selengkapnya......

24 August 2008

Mau Ikan, atau Pancing, atau Perahu...?

Mau ikan, atau diajari memancing ikan, atau jika sudah bisa memancing lngsung mendapatkan pancing dan sekaligus perahu untuk memancing? Ini dia program penanggulangan kemiskinan yang ditawarkan oleh pemerintah untuk mengatasi dampak ekonomi dan sosial akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Program ini dirancang untuk penanggulangan kemiskinan, dengan membuat tiga cluster masyarakat, yakni kelompok masyarakat diberikan ikan, kelompok masyarakat diajari memancing, dan kelompok masyarakat dibantu untuk punya pancing dan perahu sendiri.

Cluster 1, adalah kelompok masyarakat yang diberi ikan melalui Program Bantuan dan Perlindungan Sosial. Program ini ditujukan kepada kurang lebih 19,1 juta rumah tangga sebagai target (sasaran). Bentuk bantuan adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp. 100 ribu perbulan. Mungkin karena tidak cukup (ada juga aparat yang tega memotong bantuan untuk keperluan operasional), banyak diantara penerima bantuan langsung membeli rokok. Maklum, tidak ada larangan buat beli rokok, katanya. Ada program pendamping sejenis, yang katanya bertujuan untuk penghapusan kemiskinan, seperti program beras untuk rakyat miskin (Raskin), asuransi kesehatan untuk orang miskin, dan Bantuan Operasi Sekolah (BOS). Alhamdulillah.

Kriteria penerima BLT
  • Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 M2 per orang
  • Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
  • Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa plester
  • Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri atau bersama-sama dengan orang lain
  • Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik
  • Sumber air minum berasal dari sumur, mata air tidak terlindung, sungai dan air hujan
  • Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar, arang, minyak tanah
  • Hanya mengonsumsi daging, susu, ayam satu kali dalam seminggu
  • Hanya membeli satu stel pakaian dalam setahun
  • Hanya sanggup makan sebanyak satu kali atau dua kali dalam sehari
  • Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas atau poliklinik
  • Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 Ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600 ribu per bulan
  • Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga adalah tidak sekolah, tidak tamat SD, atau hanya SD
  • Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual minimal Rp. 500 ribu seperti sepeda motor baik kredit atau non kredit, emas, ternak, kapal motor atau barang modal lainnya.

Cluster 2, adalah kelompok masyarakat yang diajari bagaimana cara memancing. Program ini dikosentrasikan pada kurang lebih 5.720 kecamatan yang tersebar di seluruh Indonesia. Bantuan ini tergabung dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), berupa Bantuan Langsung Masyarakat sebesar Rp. 3 milyar per kecamatan. Program ini dilaksanakan dan diawasi oleh para relawan yang dibentuk pada setiap RT/RW (maksudnya oleh masyarakat untuk masyarakat). Mungkin pelajaran memancingnya ada Bab 1, 2, 3, …. dan seterusnya, sehingga kabarnya, dana bantuan ini bisa digunakan untuk memperbaiki jalan atau drainase di lingkungan RT/RW yang tidak berfungsi (yang ini entah Bab ke berapa?). Alhamdulillah

Cluster 3, adalah kelompok masyarakat yang dibantu untuk memiliki pancing dan sekaligus perahu sendiri. Bantuan diberikan melalui Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang sasarannya adalah pelaku usaha mikro dan kecil. Bantuan tentu saja dalam bentuk pinjaman yang disalurkan melalui Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan nilai kredit Rp. 5 juta ke bawah. Alhamdulillah

Jika saja para pemilik pancing dan perahu itu mau menyertakan cluster 1 dan 2 bersama-sama seperahu dengan mereka maka beban pemerintah untuk menyediakan ikan pasti akan berkurang. Sayang, ikan yang seharusnya diberikan kepada cluster 1 dimakan juga oleh cluster 2 dan 3. Dari pada repot-repot harus memancing ………….? Baca selengkapnya tentang penanggulangan kemiskinan pada buku "Menghapus Jejak Kemiskinan; An Unconventional Approach, Kampar Way"

Baca selengkapnya......

17 August 2008

17 Agustus 1945 - 17 Agustus 2008

Hari ini, Republik Indonesia memperingati hari kemerdekaan yang ke 63, sama seperti usia Nabi Muhammad SAW, ketika wafat. Bedanya, pada usia 63 tahun, sebagai seorang pengemban misi kerasulan, beliau berhasil menuntaskan misinya, sebagaimana pernyataan Allah dalam (QS, 5: 3) “… Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu….”, sebuah repleksi misi yang tuntas dan berhasil, serta menjadi penutup sebuah perjuangan yang sangat sempurna. Tapi, hari ini, setelah 63 tahu merdeka, perjalanan bangsa Indonesia dalam mengemban misi sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 45, kita seperti menyaksikan sebuah perjalanan yang tak kunjung tuntas.

Memang sangat tidak relevan membandingkan keberhasilan seorang utusan Allah dengan perjalanan sebuah bangsa. Tetapi setidaknya kita boleh melihat dari perspektif dan kesamaan misi yang diemban, yaitu melawan semua bentuk penindasan (HAM), memberantas kebodohan, dan mengentaskan kemiskinan. Ketika Muhammad SAW pada usia 63 tahun mengakhiri dengan indah misinya, bangsa kita justeru seakan baru memulainya.

Harus diakui bahwa selama 63 tahun perjalanan bangsa Indonesia, kita menjadi saksi terhadap berbagai keberhasilan, kecuali terhadap tiga hal itu, yaitu penindasan, kemiskinan dan kebodohan. Sebagaimana yang saya tulis dalam buku “Menghapus Jejak Kemiskinan; An Unconventional Approach, Kampar Way, menuntaskan ketiga hal tersebut adalah menjadi kewajiban pemerintah, baik ditinjau dari sisi perspektif keagamaan maupun perspektif kenegaraan.

Kini kita sedang menunggu momentum baru upaya bangsa Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat. Mahkamah Konstitusi pada Rabu 13 Agustus 2008 memutuskan bahwa anggaran pendidikan Indonesia sebesar 20 persen harus dianggarkan dalam APBN. "Apabila kelak dalam UU APBN yang baru tersebut ternyata anggaran pendidikan tidak juga mencapai 20 persen dari APBN dan dari APBD, maka mahkamah cukup menunjuk putusan ini untuk membuktikan inskonstitusionalnya ketentuan UU dimaksud," kata Jimly Asshiddiqie.

Pemerintah berupaya mematuhi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) untuk memenuhi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2009. Menteri Keuangan Sri Mulyani di Istana Negara, Jakarta, Kamis (14/8), mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menginstruksikan agar anggaran pendidikan 20 persen dari APBN 2009 dipenuhi meski dalam suasana anggaran yang sangat ketat.

Tapi, kemudian kita belum bisa bernapas lega. Pengalaman menunjukkan bahwa kita selalu tidak siap menjalankan sebuah agenda besar. Pengalaman saya (sebagai birokrat di salah satu kabupaten) mengindikasikan bahwa aparatur pemerinath dan masyarakat selalu tidak siap untuk memanfaatkan sebuah momentum sampai kita akhirnya kehilangan momentum tersebut.

Ketika pemerintah mengalokasikan dana dalam jumlah besar, selalu tidak disertai dengan program yang komprehensif. Karena tidak memiliki data-data yang benar, akurat dan valid, maka aparatur pemerintah yang bertanggung jawab dalam menyusun program cenderung membuat program secara asal-asalan. Berbagai kegiatan diusulkan, tanpa peduli apakah kegiatan tersebut ada kaitannya dengan sasaran, target dan tujuan yang ingin dicapai. Apalagi untuk menyusun program dalam kategori perlu, penting, sangat dibutuhkan, sangat prioritas. Bahkan tidak jarang, para aparatur yang terlibat dalam penyusunan program saling bertanya satu dengan yang lain, “apa lagi ya, yang mau kita usulkan?” maka kemudian muncullah berbagai usulan kegiatan yang tujuannya hanya untuk menyerap dana yang tersedia.

Hasilnya kemudian bisa ditebak, bahwa dana pendidikan sebesar 20 persen yang dialokasikan dalam APBN/APBD tidak akan pernah, tidak akan pernah, sekali lagi tidak akan pernah meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Bangsa kita memang sangat ironi. Di satu sisi, para pelaku pendidikan mengatakan bahwa kualitas pendidikan sulit untuk ditingkatkan tanpa didukung dana yang cukup besar. Sementara disi lain mereka justeru mendukung para calon pemimpin (eksekutif dan legislatif) yang berkampanye dan menjanjikan pendidikan gratis. Lebih ironi lagi, ketika guru-guru yang telah mengantongi sertifikat guru itu berjani akan meningkatkan mutu pendidikan. Tapi ketika Depdiknas akan meningkatkan nilai kelulusan ujian nasional untuk SMP, SMU/SMK, dan akan menerapkan ujian nasional untuk sekolah dasar, semua pelaku pendidikan serentak berteriak menolak. Penolakan itu tidak lebih dari cerminan betapa kita ingin agar semua murid bisa lulus betapun rendah kualitasnya. Padahal, rendahnya kualitas dan kuantitas SDM adalah menjadi penyebab utama terjadinya stagnasi di dalam berbagai dinamika kehidupan masyarakat dan pemerintahan.

Banyak pakar pendidikan merasa optimis bahwa program sertifikasi guru dan peningkatan kesejahteraan guru adalah faktor utama untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Tapi saya justeru berpendapat lain, seribu sertifikat tidak akan berarti apa-apa melainkan hanya menjadi penambah koleksi piagam bagi pemegangnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, seperti infrastruktur pendidikan, fasilitas utama dan penunjang, program, anggaran, manajemen sekolah, akademik atmosfir, kualitas guru dan staf pendidik, peran masyarakat, sistem pengawasan dan evaluasi, adalah beberapa diantaranya. Semuanya saling mempengaruhi dan terkait satu dengan yang lain. Kesemua itupun tidak akan pernah berhasil jika kehidupan masyarakat peserta didik (orang miskin) tidak pernah diperhatikan.
(Selengkapnya bisa dibaca dalam buku “Menghapus Jejak Kemiskinan; An Unconventional Approach, Kampar Way”, karya Alfian Malik)

Baca selengkapnya......

16 August 2008

Goyang ....., Patenkan Saja!

Tadi malam saya menyaksikan acara pemilihan Putri Indonesia 2008. Sangat menarik karena pesertanya para perempuan yang tentu saja cantik. Tapi katanya, penilaian bukan hanya pada aspek kecantikan semata, melainkan mengandung unsur B3 (bukan limbah beracun) yaitu brain, beauty, behavior. Mungkin karena gugup ketika menerima pertanyaan secara acak dan mendadak, mereka seperti kehilangan kecerdasannya. Dan yang lebih menonjol pada akhirnya hanya tinggal B3 (bening banget boo…). Lihat saja, ketika salah seorang finalis menerima pertanyaan seputar maraknya pembajakan karya cipta dan upaya-upaya penanggulangannya. Secara spontan calon Putri Indonesia 2008 ini menjawab, bahwa segala karya cipta dan warisan budaya harus segera dipatenkan agar tidak dibajak. Mungkin putri B3 ini lupa bahwa yang dibajak itu justeru karya cipta yang sudah dipatenkan itu. Karena kalau membajak karya cipta yang belum dipatenkan, namanya bukan pembajakan! Atau mungkin yang dia maksud adalah adanya klaim dari negara jiran terhadap warisan leluhur kita seperti; angklung, batik, dan lagu rasa sayang eeeeeeee.

Kita memang harus waspada terhadap klaim dari negara tetangga yang berasal dari satu rumpun Melayu itu. Baru-baru ini, salah seorang artis kita yang sangat terkenal dengan goyang ngebornya ditolak tampil di Ibukota negara tersebut, yang menurut sang artis tanpa alasan yang jelas. Tapi saya menjadi curiga, jangan-jangan para petinggi negara itu sedang ancang-ancang untuk mematenkan salah satu jenis “goyang” maut itu. Jika kecurigaan ini benar, berarti memang ada benang merah antara pertanyaan yang diajukan oleh panitia pemilihan dengan jawaban para calon Putri Indonesia 2008 itu.

Sebelum terlambat, saya mengusulkan agar goyang karya cipta anak bangsa itu segera dipatenkan. Saat ini setidaknya ada 3 (tiga) jenis goyang yang harus dipatenkan (data terakhir 16 agustus 2008) yaitu goyang ngebor, goyang patah-patah, dan goyang gergaji. Para pemilik goyang setan itu sekarang sedang menuai protes dan dicekal dimana-mana.

Tapi mengapa harus dipatenkan? Lantas apa keuntungannya jika goyang-goyang itu dipatenkan? (sebaiknya pertanyaan ini diajukan juga oleh panitia pemilihan Putri Indonesia 2008 kepada para finalis).
Tapi, menurut saya, setidaknya ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh jika goyang-goyang itu (termasuk goyang-goyang setan lainnya) bila dipatenkan, di antara nya; negara lain tidak akan membajaknya (karena jijik) sehingga kita berhasil menghentikan ekspor maksiat, orang (laki-laki dan perempuan) akan berhati-hati melakukan goyangan itu karena bisa didenda bila melakukannya (membajak), suami atau isteri yang berperilaku aneh-aneh akan semakin hati-hati terhadap pasangannya jika tidak mau keluar biaya ekstra untuk membayar hak paten, dan yang lebih utama menjelang Ramadhan, pemerintah dan MUI membeli semua hak paten itu lalu melarang siapapun melakukannya, termasuk pencipta dan pemilik pertamanya.

Jadi patenkan saja……

Baca selengkapnya......

10 August 2008

Pengadaan Barang/Jasa Digital. vs Cyber Crime

Dalam usaha penerapan pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah Indonesia secara perlahan mulai memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Pemerintah Indonesia membuat kesepakatan dengan Amerika Serikat dalam hal penerapan pemerintah yang bersih, yang ditindaklanjuti dengan pembentukan Millenium Challenge Corporation (MCC), berupa kerja sama proyek LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik),. Sistem ini diprediksi oleh kalangan pemerintah akan mampu melawan berbagai kejahatan tender yang selama ini menjadi salah satu permasalahan serius dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah, tapi mungkinkah?


Teknologi memang semestinya membawa perubahan ke arah yang lebih baik, termasuk dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah di Indonesia. Satu kendala besar yang mungkin akan dihadapi oleh pemerintah justeru bukan berasal dari penguasaan teknologinya, karena MCC akan membantu perangkat lunak dan penyiapan SDM. Masalahnya adalah minimnya infra struktur daerah, dan satu lagi yang paling serius, yaitu sulitnya merobah mindset orang Indonesia (pemerintah dan masyarakat) dari sistem manual menuju sistem digital.

Kita masih ingat, bagaimana bangganya pemerintah/pemerintah daerah memperkenalkan sistem KTP on-line (maaf, istilah ini kurang pas, emangnya chating…). Waktu itu saya membayangkan istilah on-line ini sama seperti melakukan chating. Jadi, dari rumah kita bisa saling berkomunikasi dengan pihak aparat kantor kecamatan, mengimput data, lalu selesai. Tapi ternyata KTP on-line itu pelaksanaannya di daerah masih amburadul. Alasannya, sangat masuk akal, karena listrik di kantor-kantor kecamatan sering mati. Jika alasan ini benar, maka pemerintah perlu membuat suatu kebijakan, yaitu mempersamakan kantor kecamatan sama seperti rumah pejabat, yang 24 jam dalam sehari sepanjang tahun tidak pernah mengalami pemadaman listrik.

Kembali kepada sistem pelayanan pengadaan secara elektronik (mudah-mudahan tidak menggunakan istilah tender on-line), menurut Paul Simonett (advisor MCC), berdasarkan data yang dipublikasikan oleh World Bank, proses pengadaan secara elektronik bisa menghemat biaya antara 10-20%. Di Indonesia, penerapan sistem ini bekerja sama dengan Bappenas, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, KPK dan Mahkamah Agung. Untuk proyek percontohan, sistem ini mulai diterapkan secara terbatas pada lima provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, dan Provinsi Gorontalo. Untuk memayungi pelaksanaan sistem ini, sekarang sedang dipersiapkan Peraturan Presiden tentang LPSE, yang sudah dalam tahap pembahasan antar departemen.

Yang sangat menarik adalah pendapat para pakar yang merasa optimis bahwa sistem layanan pengadaan secara elektronik akan mampu melawan kejahatan tender. Alasannya adalah karena dalam sistem ini, antara penyedia jasa dengan panitia selama proses tender, tidak perlu bertatap muka (kalau silaturrahmi di masjid boeh, mungkin), sehingga bisa menghindari praktik KKN. Antara panitia dengan penyedia jasa dimungkinkan untuk bisa saling bertukar dokumen elektronik. Tapi saya jadi bertanya, bagaimana untuk menghindari saling tatap muka jika dalam proses lelang memerlukan penjelasan pekerjaan (aanwijzing) lapangan?

Pada kenyataannya, praktik KKN juga tidak mengharuskan antara pelakuknya saling bertatap muka.Tapi, bagaimanapun juga, langkah pemerintah ini adalah sebuah terobosan besar yang perlu diapresiasi secara postif. Saya memprediksi bahwa penerapan sistem ini akan lebih efektif jika pemerintah juga berusaha melakukan upaya-upaya untuk merobah mindset dan mental para pelaku pembangunan di Indonesia. Apalagi kemajuan teknologo tidak hanya dimanfaat untuk kebaikan semata, tetapi juga dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Cyber crime adalah salah satu ancaman yang sangat serius bagi penerpan sistem ini.

Baca selengkapnya......
Alfian Malik's Facebook profile